Pancasila, kata yang tentunya tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Dirumuskan dan disahkan pada tanggal 18 agustus 1945 pada sidang PPKI. Berisi lima butir ideologi bangsa yang memiliki fungsi sebagai arah bangsa kita akan dibawa. Namun bagaimana dengan realitanya? Apakah benar pancacila menjadi arah gerak bangsa atau hanya sekedar mimpi pendiri negara?
Menilik ke sejarahnya, pancasila terlahir melalui para pemikir filosofis negara seperti Muhammad Yamin, Soekarno, Mohammad Hatta dan Soepomo. Sila-sila dalam pancasila merupakan hasil refleksi masing-masing tokoh mengenai bangsa dan Negara. Pancasila sebagai ideologi tidak bisa dipandang hanya dengan sebelah mata.
Dibandingkan pancasila setara dengan ideologi-ideologi lainnya di dunia. Pancasila sendiri memiliki nilai dan keunikan sendiri, sering dianggap seperti ideologi yang sosialis namun tetap berpegang pada nilai-nilai demokratis. Tentu hal ini menjadi menarik untuk dibahas.
Jika Mmnurut undang-undang dasar, benar apabila pancasila sebagai ideologi Negara. Namun secara prakteknya, Indonesia dinilai terlalu pragmatis dalam memahami pancasila. Sejak dibentuk pengamalan nilai pancasila sulit untuk direalisasikan. Pada kenyataannya Indonesia menerapkan nilai-nilai pancasila jika sedang dalama konteks yang sesuai. Seperti konteks-konteks kenegaraan yang menganut nilai-nilai sosialisme. Namun sebaliknya, jika hal yang menguntungkan negara merupakan nilai-nilai liberal, butir-butir dalam pancasila seakan menguap begitu saja.
Gagap, latah, plin-plan mungkin kata-kata tersebut belum cukup mengidentifikasikan krisis pancasilaisme yang terjadi pada saat ini. Bahkan hingga tulisan ini dibuat, negara masih carut marut dengan berbagai problematikanya. Pun, banyak individu yang memegang azas kapitalis-liberalis sehingga menyebabkan ketimpangan, terutama ketimpangan ekonomi dan sosial.
Marx mengkritik bahwa penindasan suatu kaum tidak hanya terjadi pada kelas borjuis ke proletar saja. Namun pada setiap kelasnya sendiri terkadang juga terjadi penindasan. Belum lagi muncul hegemoni yang mengkotak-kotakan masyarakat dan dianggap lumrah. Kritik teori dari Marx setidaknya dapat menggambarkan keadaan Indonesia saat ini.
Pancasila datang sebagai ideologi yang dinilai cocok untuk negara Indonesia dengan segala permasalahan bangsa. Akan tetapi para cendikiawan yang memimpin negeri ini seperti meragukan keabsahan pancasila untuk acuan negara kita bergerak. Lalu, bagaimana jadinya apabila Indonesia mengimplementasikan nilai-nilai pancasila terealisasikan dengan baik bahkan sempurna?
Semua ideologi di dunia memiliki orientasi yang sama yaitu kemanusiaan atau “humanity”, tidak terkecuali dengan pancasila. Membayangkan Indonesia akan menjadi negara utopis apabila dapat merealisasikan semua nilai pancasila. Atau paling tidak, akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang bertolak belakang dengan keadaan saat ini.
Dari sila pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa, apabila setiap individu memahami betul sila tersebut, maka akan tercipta masyarakat yang paham dengan arti “bertuhan”. Menumbuhkan kepercayaan akan sebuah agama yang dipeluk dan cinta terhadap sesama manusia. Keadaan-keadaan seperti superioritas agama tertentu akan terhindar. Agama hadir sebagai petunjuk dan batasan manusia dalam melakukan tindakan.
Baca juga: Antara Manusia, Hati, dan Kata-Kata
Sampai sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia, apabila terealisasikan dengan betul maka penegakan hukum di Indonesia tidak akan seloyo sekarang. Semula lambang hukum Indonesia adalah Dewi Themis, yang memiliki esensi bahwa hukum yang mengendalikan semua aspek manusia. Dari hak tertinggi hingga hal paling mulia yang tidak terpengaruh oleh manusia. Kemudian diubah pada tahun 1960 menjadi pohon beringin. Dengan memiliki makna hukum mengayomi dan melindungi rakyat yang butuh keadilan. Sesuai dengan keadaan yang mnegakar dalam masyarakat Indonesia.
Dari dulu, pancasila sudah hadir sebagai jawaban yang kongkrit terhadap problematika bangsa dari dulu hingga sekarang. Walaupun pada kenyaataan implementasi nilai-nilai dari pancasila sukar untuk dilakukan. Tetapi hal tersebut bukannya tidak mungkin Ssebab Buya syafii pernah berkata jika pancasila jangan digantung di langit yang tinggi, jangan jadikan pula pancasila amal bibir namun amal dalam bersikap. Apabila tidak dimulai dari kita untuk hidup berpancasila lantas siapa lagi yang akan memulai?
Editor: Rifki Elindawati
Leave a Reply