Piala dunia 2022 tampaknya ramai diperbincangkan dari segala sisi, bahkan disebut menuai banyak kontroversi. Khususnya media-media barat yang gencar banget memberitakan isu kontroversial. Lantas apa saja isu-isu tersebut?
Kontroversi Piala Dunia 2022
Dimulai dari isu pekerja migran yang meninggal di industri konstruksi Qatar sejak FIFA menetapkan Qatar sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Dunia 2022. Pada Februari 2021, The Guardian melaporkan bahwa lebih dari 6.500 pekerja dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Langka telah meninggal di Qatar. Namun, pemerintah Qatar menegaskan, ada 47 kematian yang menimpa kalangan pekerja di lokasi pembangunan stadion Piala Dunia di antara tahun 2014 dan 2020.
Jumlah dan penyebab kematian hingga kini masih menjadi perdebatan. Ada sumber yang bilang kalau pekerja migran meninggal karena stres, serangan jantung, dan stroke akibat suhu tinggi di Qatar yang hampir terjadi sepanjang tahun. Tetapi, Amnesty International menuduh pemerintah Qatar telah menghubungkan kematian dengan penyebab alamiah sebelum melakukan penyelidikan.
Soal kesejahteraan buruh migran, isu ini layak menjadi kontroversi. Sayangnya ada isu lain yang terus-terusan digoreng, dan sebenarnya gak perlu dijadikan kontroversi. Seperti pelarangan alcohol, LGBT, sex bebas, dan aturan berpakaian yang sopan.
Tamu ‘Si Paling Superior’ di Piala Dunia 2022
Inilah beberapa contoh kejumawaan tamu kepada tuan rumah Piala Dunia 2022:
Setelah laga Qatar vs Ekuador selesai, suporter Ekuador merayakan pesta kemenangan sambil meneriakkan ‘queremos cerveza‘ yang artinya kami mau bir. Mereka mengaku gak sepenuhnya menikmati pertandingan pembuka karena dilarang membawa dan meminum bir selama di Qatar. Padahal sudah terdapat peraturan dari pemerintah Qatar tentang lokasi-lokasi pelonggaran dan pelarangan alkohol.
Contoh lain adalah timnas Jerman menunjukkan gestur tutup mulut saat berpose untuk foto tim jelang kick-off melawan Jepang. Aksi ini adalah protes kepada FIFA yang melarang mereka memakai ban kapten pelangi “One Love” sebagai kampanye LBGT. Beberapa negara selain Jerman, yakni Inggris, Wales, Belanda, Belgia, Prancis, Norwegia, Swedia, Denmark, dan Swiss juga ikut-ikutan merasa frustrasi dengan kebijakan tersebut.
Aksi tersebut menuai banyak kritik hingga sanksi dari FIFA. Tetapi tetap saja ada yang masih berpendapat bahwa aturan Qatar akan pelarangan LGBT adalah rasis dan melanggar HAM. Pendapat tersebut gak cuman datang dari media barat, tapi juga media Indonesia. Sedangkan kalau dilihat-lihat, terdapat standar ganda yang mereka usung perihal rasis dan HAM.
Tidak sampai di situ, presenter sepak bola, Jenny Taft, mengunggah sebuah video dirinya mengkritik Qatar dan pihak penyelenggara soal pos keamanan wanita yang dibuat secara terpisah. “Saya baru saja melewati gerbang khusus wanita di Qatar. Entah bagaimana saya tidak merasa istimewa tentang itu,” ucapnya dalam video yang akhirnya dibanjiri kritik oleh warganet.
Memuliakan Tamu dan Menghormati Tuan Rumah
Gak bisa dipungkiri, beberapa kejadian berujung pada tamu yang jumawa, gak sopan, dan gak menghormati tuan rumah Piala Dunia 2022. Tentunya pernah dengar peribahasa, “when in Rome, do it like Romans.” Abdullah Al Nasari selaku Kepala Keamanan di Piala Dunia 2022, mengatakan,
“Jika anda ingin mengekspresikan pandangan anda tentang penyebab LGBT, lakukanlah di masyarakat yang akan menerimanya. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat. Kami tidak akan mengubah agama selama 28 hari.”
Mereka yang terus meneriakkan HAM, tampaknya lupa bahwa di atas HAM ada Kewajiban Asasi Manusia. Khususnya bagi warga Indonesia, menurut Bab 1 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. “Kewajiban asasi atau kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.” Di mana salah satu implementasinya adalah kewajiban menjaga toleransi dalam beragama.
Media-media di Indonesia gak usahlah ikut-ikutan dan nyomot media-media barat yang islamphobic dan berstandar ganda itu. Bikin berita yang asik tentang pertandingan piala dunia 2022 ‘kan masih banyak berserakan. Nah, kalaupun ditemukan influencer yang juga turut menyuarakan kekecewaannya pada Qatar atas pelarangan LGBT dan sex bebas, suarakan balik! Lebih-lebih kalau ia mengatakan pada sisi mana ia berpihak. Gak perlu malu dan ragu untuk ikut juga lantang bersuara pada barisan mana kita berdiri.
Leave a Reply