Peradaban perempuan di dunia telah mengalami banyak pembaharuan. Mulai dari sudut pandang bangsa Yunani yang melihat perempuan hanya sebagai alat pemuas laki-laki dan perkembangbiakan. Bangsa Yahudi pula menilai perempuan sebagai makhluk terkutuk. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh bangsa Persia bahwa perempuan merupakan barang dan perhiasan yang tidak akan dipergunakan lagi saat mereka sedang haid. Namun, berbeda dengan agama Islam yang memandang perempuan sebagai makhluk terhormat. Hingga saat ini, eksistensi perempuan telah menunjukkan sinyal yang positif. Tidak sekedar menjaga perannya dalam rumah tangga, namun telah banyak perempuan yang menduduki puncak dalam pemerintahan. Dikutip dalam laman berita merdeka (2023), pemimpin perempuan pertama di dunia adalah Kubaba seorang ratu yang awalnya sebagai pemilik warung di Mesopotamia. Beliau memimpin Sumeria selama 100 tahun. Selain Kubaba, nama Cleopatra juga banyak mencuri perhatian pada masa itu. Beliau telah memimpin Mesir Kuno sejak tahun 51-30 SM dan dikenal sebagai pemimpin yang cerdas yang berhasil meningkatkan status dan ekonomi Mesir Kuno saat itu.
Perempuan Memiliki Kesempatan yang Sama
Di Indonesia, popularitas perempuan mendapati ruang yang cukup baik. Hal ini sejalan dengan amanat hak asasi manusia, sehingga perempuan-perempuan memiliki ruang untuk berekspresi dan berkreasi. Diawali dengan Megawati Soekarno Putri yang berhasil menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia. Peristiwa ini memberikan semangat bagi bangkitnya perempuan-perempuan lainnya dalam berbagai sektor. Mulai dari sektor politik, sosial, budaya, pendidikan, content creator, dan sektor-sektor lainnya hampir diisi bahkan didominasi oleh perempuan. Eksistensi perempuan ini bukanlah kemunduran bagi kaum laki-laki. Namun, hak untuk maju dan berkembang dalam berbagai sektor merupakan kesempatan bagi siapapun, termaksud perempuan. Sehingga, perempuan tidak melulu hanya tentang melahirkan dan menyusui, lebih dari itu mereka mampu tumbuh, berkembang, dan menebarkan kebermanfaatan dalam berbagai sektor kehidupan.
Berbicara tentang perempuan tentu tidak lengkap kalau tidak melirik tokoh inspiratif Raden Ajeng Kartini. Menurut beliau kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi Wanita sepenuhnya (R.A Kartini, 1900). Kutipan tersebut relevan untuk diterapkan oleh perempuan-perempuan masa kini. Perempuan tidak boleh dibatasi oleh doktrin bahwa perempuan hanya boleh dirumah saja, tidak perlu berpendidikan tinggi, tidak lazim terjun dalam kancah politik, dan stigma-stigma underestimate lainnya. Namun, setiap perempuan harus merdeka dan merasa bebas untuk menentukkan keputusannya. Karena inti dari peradaban perempuan yang sesungguhnya tidaklah diukur dari seberapa tinggi jabatan atau seberapa besar pendapatan yang dihasilkan. Namun yang paling penting adalah seberapa merdeka mereka atas diri mereka sendiri dalam memilih dan membuat keputusan.
Baca Juga: Pahlawan Dalam Bayangan Peradaban Dunia
Tumbuhnya Sinyal-Sinyal Kebaikan atas Kebaikan Tatanan Kehidupan Perempuan
Eksistensi perempuan tidak hanya terbatas pada jabatan atau karir dalam pemerintahan. Hari ini, makna eksistensi perempuan sangat luas. Misalnya, keberanian perempuan dalam menyuarakan pendapat, kemampuan menghindari diri dari kekerasan, kesempatan untuk keluar dari stigma sebagai strata kedua di Bumi Pertiwi, dan lainnya. Keberanian-keberanian tersebut juga termaksud sebagai bentuk eksistensi perempuan di era sekarang. Sebab, setiap perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Hal ini didukung oleh dibentuknya berbagai organisasi yang secara khusus menaungi isu-isu perempuan seperti United Nation Women (UN Women). Selain itu, pengakuan atas eksistensi perempuan juga turut dibuktikan dengan adanya peringatan hari ibu dan peringatan hari Wanita Sedunia serta dibentuknya Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut merupakan wujud dari pengakuan atas keberadaan perempuan serta wadah bagi mereka untuk melakukan perubahan yang positif. Tidak hanya Lembaga resmi atau peringatan hari-hari lainnya. Sukarelawan yang memberikan jasa secara percuma untuk membantu setiap persoalan yang dialami oleh perempuan sudah banyak disekitar kita sekarang ini. Misalnya Women’s crisis centre Savy Amira, Relawan Perempuan dan Anak, Relawan Sahabat Perempuan dan Anak, dan sebagainya. Uraian-uraian tersebut menunjukkan bahwa peradaban perempuan sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan akan terus memberikan sinyal-sinyal kebaikan bagi tatanan kehidupan perempuan kedepannya.
Perempuan Memiliki Nilai dan Warnanya Masing-Masing
Akhir sekali, tulisan ini berupaya memberikan pesan bagi seluruh perempuan bahwa perkembangan kedepannya akan selalu memberikan optimisme dan peluang yang sama bagi setiap perempuan. Walaupun sampai hari ini isu-isu tentang perempuan masih belum selesai. Misalnya kebanyakan korban KDRT adalah perempuan, perempuan sebagai korban kekerasan seksual, dan dinamika lainnya. Namun, value sebagai perempuan tidak boleh luntur karena setiap perempuan memiliki nilai dan warnanya masing-masing. Sehingga kesempatan untuk keluar dari lingkaran yang toxic selalu ada karena telah banyak lembaga maupun sukarelawan perempuan yang mampu memberikan pertolongan atau solusi atas berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi. Perempuan sehat dan tangguh secara psikis dan fisik akan mampu mewujudkan peradaban yang positif.
CATATAN: Karya ini termasuk dalam 10 terbaik dari Lomba Menulis Artikel Populer Narasi Nara Tahun 2023
(Editor: Moh Andy Iqbal)
Leave a Reply