Paylater Bikin Impulsive Buying?

Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah paylater. Yap, paylater merupakan salah satu metode pembayaran yang berbasis online atau digital. Contoh paylater di Indonesia yaitu shopee paylater, paylater traveloka, paylater ovo, akulaku, dan masih banyak lagi. Sistem paylater menghadirkan fitur “bisa bayar nanti”. Artinya, para konsumen dapat membeli suatu produk di saat itu juga dan pembayarannya dilakukan setelahnya. Namun, penggunaan paylater itu sendiri ternyata dapat menjadi salah satu pemicu perilaku impulsive buying, lho!

Apa itu Impulsive Buying?

Impulsive buying merupakan perilaku seseorang di mana ia membeli suatu produk dengan tidak terkontrol atau tanpa melalui pertimbangan. Faktanya, impulsive buying bisa berdampak negatif bagi pelakuya. Kebiasaan ini bisa menyebabkan kita menjadi boros. Karena di saat perilaku ini tumbuh, kita akan memiliki keinginan membeli produk yang sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak berdasarkan kebutuhan.

Apa pengaruh Paylater pada perilaku Impulsive Buying?

Dengan dikenalkannya teknologi paylater, masyarakat seringkali tidak mengabaikan keinginan untuk membeli produk yang menurutnya menarik. Nah, dengan adanya sistem paylater ini, masyarakat akan lebih dimudahkan dalam membeli suatu produk karena sistem paylater yang praktis yaitu “beli sekarang, bayar nanti”. Masyarakat akan berpikir bahwasannya yang terpenting adalah belanja yang diinginkannya terlebih dulu dan bayar nanti di kemudian hari. Padahal jika itu terus berlanjut, hal itu akan menyebabkan adanya utang atau cicilan yang menumpuk karena paylater sendiri merupakan salah satu bentuk pinjaman.

Dampak Negatif Perilaku Impulsive Buying

Kebiasaan belanja impulsif sangat tidak baik jika terus dibiarkan dalam diri sendiri. Karena hal ini dapat mengganggu kesehatan finansial kita. Ada beberapa dampak negatif dari belanja impulsif yaitu:

  1. Membuat diri sendiri makin boros. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa belanja impulsif ini menyebabkan keborosan pada diri sendiri. Belanja impulsif ini banyak menghabiskan uang untuk membeli barang atau produk yang tidak terlalu penting. Sehingga kesehatan finansial kita akan terganggu hanya untuk memenuhi dan memuaskan nafsu pribadi saja.
  2. Barang tidak penting yang menumpuk. Karena perilaku ini, menyebabkan banyaknya barang tidak penting dan barang menganggur yang menumpuk.
  3. Pelaku terjebak utang dan cicilan. Pada dasarnya, sistem paylater itu merupakan salah satu bentuk pinjaman. Jika kita melakukan kegiatan belanja impulsif ini dengan menggunakan paylater, maka hasil dari itulah yang akan menjadi utang yang menumpuk di kemudian hari.
  4. Sulit merencanakan keuangan. Kesehatan finasial kita akan menjadi sulit terkontrol akibat dari kegiatan belanja impulsif yang tidak terarah.

Tips mencegah Impulsive Buying

  • Bedakan antara keinginan dan kebutuhan. Dengan kita mengetahuinya, maka finansial kita akan digunakan secara tepat. Karena kita akan menghindari membeli produk yang tidak dibutuhkan.
  • Menahan diri untuk tidak terlalu sering memakai fitur Paylater. Nah, sebaiknya kita menahan diri tidak terlalu sering memakai paylater. Gunakanlah fitur paylater dengan bijak, yaitu bisa digunakan ketika dalam keadaan mendesak saja.
  • Menyusun skala prioritas barang sebelum membeli. Dengan mengetahui prioritasnya, kita dapat mengontrol diri untuk membeli barang yang dibutuhkan, dan menunda membeli barang yang tidak diperlukan.
  • Hindari memasang aplikasi marketplace yang berlebihan. Sebaiknya, kita tidak memasang aplikasi marketplace terlalu banyak di ponsel. Karena hal itu dapat memicu adanya perilaku impulsive buying.
  • Menetapkan batas dalam melakukan Self-Reward. Kita harus mengetahui kapan self-reward dilakukan dan membatasi kegiatannya. Sehingga kita tidak terjerumus dalam aktivitas impulsif yang berkedok self-reward.
Syafiq Munifah Karin
Mahasiswa Perbankan Syariah UAD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *