Kekecewaan dan penderitaan hidup biasanya sering terjadi pada setiap diri orang. Di mana hal ini akan terasa sekali ketika seseorang beranjak dewasa, yang dapat dikatakan awal dari menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Ketika suatu keinginan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka timbul kekecewaan. Tapi inilah kehidupan di mana keadaan akan membuat seorang merasakan frustasi, dengan munculnya kebencian pada diri sendiri, bahkan sampai melakukan bunuh diri. Tentu, setiap orang akan mengalami ribuan cobaan pada kehidupan. Dengan mengalami ribuan cobaan ini akan melatih diri untuk menghadapi keadaan dan cobaan kehidupan yang lebih keras nantinya.
Tahap pendewasaan seseorang tidak bisa diukur dengan umur. Ada yang umur 17 sudah memikirkan pekerjaan, ada yang kuliah masih main sana-sini, ada yang sudah menikah masih minta uang sama orang tua, dan masih banyak yang lainnya. Dewasa bukan suatu pencapaian atau syarat tertentu seperti, umur, lulus kuliah, pernikahan, dan pekerjaan. Di lain sisi kekecewaan juga terjadi bukan karena masalah umur dan yang lainnya, melainkan saat mengalami kegagalan atau ketidakpuasan atas apa yang kita inginkan maka timbul emosi pada diri yang disebut kekecewaan. Ketika kita dapat menenangkan emosi, melewati segala cobaan dengan tabah dan ikhlas. Selalu bersyukur atas apa yang kita hadapi dan belajar perlahan tentang kehidupan itulah tahap pendewasaan.
Masalah Hidup
Banyak sekali yang akan dilewati segala masalah di hidup ini, dengan usia yang masih goyah akan menampaki jalannya pendewasaan ini tentunya banyak sekali masalah yang berdatangan dan harapan yang tidak sesuai keinginan. Seperti :
- Ketika seseorang yang mendaftar perguruan tinggi yang di inginkan tapi gagal dan akhirnya berkuliah di perguruan tinggi yang sebelumnya tidak diinginkan. Yang berkali-kali mendaftar dan ikut tes, dengan mengikuti beberapa jalur pendaftaran tapi gagal untuk masuk di perguruan tinggi tersebut. bahkan seorang yang tidak diizinkan berkuliah oleh orang tuanya karena faktor ekonomi dengan keluarga yang kekurangan, akhirnya dituntut oleh keadaan untuk bekerja dan rela melihat teman-temannya semua berkuliah dengan mengubur cita-citanya.
- Seseorang yang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Melamar di berbagai perusahaan dan ditolak sehingga akhirnya bekerja sebagai buruh pabrik dengan jam kerja yang tidak sesuai dan gaji yang sedikit. Bahkan seseorang yang membuka usaha dan mengalami kegagalan bahkan bangkrut, kemudian membuka usaha lagi dengan meminjam modal meskipun mengalami kerugian. Dengan keadaan jatuh-bangun dalam kehidupan.
- Ada yang sudah bekerja tetapi mengalami masalah di kantor tempat kerjanya. atasan yang sering memberi tugas tambahan, di gosipin orang kantor, dan masalah internal lainnya. Bahkan fasilitas pribadi yang kurang memadai seperti tidak punya kendaraan, laptop lemot, dan lain sebagainya.
Dan masih banyak lagi permasalahan yang di alami banyak orang dalam hidup ini. Namanya kehidupan kita tidak akan terluput dari masalah baik dari keluarga, pekerjaan, dan di mana pun itu.
Mencintai Diri
Jadi saran menurut penulis, Kita dapat mencintai diri dengan menerima apa yang telah Tuhan tetapkan pada kita, Artinya dengan kata lain dengan mencintai takdir. Kita tidak dituntut untuk bisa menjadi seperti orang lain, melainkan kita perlu bertahan melewati segala tantangan hidup. Semua orang mempunyai jalan hidup masing-masing. Dengan fokus atas jalan dan bidang setiap orang yang telah dianugerahi Tuhan. Seperti hamba yang sedang berdoa dengan taat kepada sang pencipta.
Banyak sekali yang kita perlu paksa dalam hidup ini dengan berani memulai segala hal, tidak takut gagal, dan mengenali siapa diri kita sebenarnya. Jadi, kita juga perlu sekali untuk menargetkan segala sesuatu di dalam hidup ini. Tapi perlu digaris bawahi, kelebihan pada diri kita ini apa dan kekurangan kita di mana. Dengan kita mengetahui dua hal tersebut kita bisa berproses memulai apa bakat yang ada pada diri ini. Tidak jarang juga banyak orang yang mengetahui bakatnya tapi tidak berani untuk memulai bahkan ketakutan, kurang percaya diri, dan ketakutan untuk gagal. Kita sebenarnya perlu paham atas yang namanya “proses” tidak ada yang instan dalam kehidupan.
Terkadang kita ingin seperti apa yang orang lain capai. Dengan memaksakan untuk bisa seperti mereka tapi tidak berkaca pada diri sendiri. Dan mungkin kita malah sibuk menyenangkan orang terdekat kita, serta mengorbankan kebahagiaan kita demi orang lain. Bukan berati kita egois akan hal tersebut, melainkan kita tahu perlunya ada asupan yang baik juga pada diri ini. Dengan hal berikut ini:
- Memenuhi kebutuhan fisik dan mental
Kita dapat mengonsumsi makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga yang baik. Maka dengan mencintai kesehatan tubuh kita ini juga berpengaruh pada keceriaan dan energi kamu setiap harinya. Dan juga pada kesehatan mental dengan di balik badan yang sehat maka akan ada jiwa mental yang kuat.
- Memenuhi waktu menyenangkan pada diri
Terkadang kita lupa untuk menyenangkan diri sendiri, karena segala aktivitas sehari-hari yang sibuk. Dengan dituntut melaksanakan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pada diri ini. Kita bisa melakukan hobi untuk menyenangkan diri sehingga segala aktivitas akan terasa lebih mudah dan ceria.
- Berkumpul di lingkungan yang baik
Secara tidak sadar berada di lingkungan yang positif kita akan juga terbawa arus hal yang baik. Dan hati akan terasa lebih senang jika kita juga berada dengan orang tersayang. Sebaliknya juga, kita juga akan terpengaruh pada hal yang buruk ketika berada di lingkungan yang negatif.
- Tidak melakukan hal yang memaksa diri
Kerap kita akan merasa tidak enakan pada orang lain, sehingga kita terpaksa melakukan hal tersebut demi kesenangan orang lain. Kita terkadang perlu egois untuk tidak melaksanakan hal yang kita tidak senangi, untuk tidak adanya batin yang tertekan pada diri kita.
Baca juga: Melawan FOPO Lewat Self-Awareness
Kita bisa memulai dari empat hal tersebut untuk mencintai diri kita, apakah kita sudah siap untuk melangkah kepada hal yang lebih baik? Tentunya tidak mudah melakukan hal tersebut, perlunya pada diri keterpaksaan, lalu terbiasa, sehingga luar biasa.
Leave a Reply