Mari Mengkaji Gender dari Sudut Pandang Sosiolinguistik

Kajian sosiolinguistik atau kajian yang membahas tentang bahasa dan hubungannya dengan kondisi sosial masyarakat, di mana hubungan tersebut didukung oleh teori-teori sosial. Masyarakat merupakan bagian penting dalam kajian ini, terutama sebagai subjek penelitian Banyak fenomena-fenomena di masyarakat yang menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah permasalahan gender yang sering didebatkan oleh masyarakat.

Sering kali terdapat perbedaan, tidak sedikit juga yang melakukan debat kusir perkara gender dan jenis kelamin. Banyak masyarakat yang menganggap kedua konsep tersebut sama, ada juga yang menganggapnya terbalik. ‘Gender’ merujuk pada sesuatu yang tidak kita dapatkan sejak lahir. Bukan juga sesuatu yang kita miliki, melainkan sesuatu yang kita lakukan. Sedangkan ‘jenis kelamin’ merupakan penggolongan biologis yang yang didasarkan pada pada sifat reproduksi seseorang.

Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa gender adalah konsep yang muncul karena pemahaman masyarakat. Atau bisa dikatakan gender adalah bagian dari konstruksi sosial. Dewasa ini, banyak perdebatan yang muncul di masyarakat akibat perbedaan dalam melihat gender. Kajian sosiolinguistik melihat permasalahan gender dari bahasa yang gunakan dalam konsep-konsep yang berkaitan gender.

Masalah sering muncul karena perbedaan yang signifikan dalam penggungaan atribut gender antara perempuan dan laki-laki. Namun dari penelitian-penelitian yang telah dikaji mengungkapkan bahwa perempuan kerap disudutkan dalam istilah-istilah yang berkaitan dengan gender. Penyebab utamanya adalah karena adanya budaya patriarki dan stigma masyarakat yang cenderung mengotak-ngotakan setiap gender.

Jika dilihat dari sejarah, perempuan mengalami ketidakadilan terus menerus di setiap lini masa. Perempuan dirugikan karena adanya budaya patraiarki yang mendarah daging dalam masyarakat. Belum lagi perihal stigma di masyarakat tentang boleh atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh perempuan. Contohnya, perempuan dituntut agar selalu ramah, sopan santun dalam berbicara, menghindari argumen langsung, dsb.

Hal tersebut tentu hanya sebagian kecil contoh mengenai stigma perempuan dalam masyarakat kita. Akibatnya? banyak perempuan yang enggan atau bahkan tidak mampu untuk mengungkapkan pendapatnya secara langsung dan sering ragu dan takut dalam berbicara. Mereka pun berhati-hati dalam berucap untuk memenuhi stigma masyarakat. Dampak lainnya, perempuan dianggap kurang menguntungkan dalam dunia kerja atau lingkungan kompepetif lainnya.

Namun di satu sisi, ketika perempuan mencoba untuk mengungkapkan pendapatnya dan berbicara secara tegas, banyak laki-laki bahkan perempuan lain yang merasa tersaingi. Berada dalam lingkungan kontradiksi seperti ini menimbulkan tekanan baru bagi perempuan.

Belum lagi konsep-konsep yang sering dikaitkan dengan gender seseorang, seperti pemberian gelar yang tidak simetris antara laki-laki dan perempuan dalam banyak dokumen. Laki-laki bisa dengan sendirinya mendapat gelar Mr. sedangkan peremuan harus memilih antara tiga gelar yaitu Mrs., Miss., dan Ms. Kata mr. (mister) merujuk pada laki-laki secara umum. Sementara mrs. (missus) dan miss (miss) digunakan untuk menyebut perempuan berdasarkan status maritalnya. Maka dari itu kata ms. muncuk sebagai solusi terhadap isu marital, ms. merujuk pada perempuan secara umum (tidak berkaitan dengan status maritalnya).

Baca juga: Review The Glory: Karena Dendam Harus Dimenangkan

Permasalahan lainnya yang kerap muncul, dalam penyebutan sehari-hari terhadap suami istri. Masyarakat sering menyebut seorang istri dengan nama suaminya. Contohnya jika seorang suami bernama Budi, maka orang-orang sekitarnya akan memanggilnya “Pak Budi” sedangkan istrinya akan dipanggil “Bu Budi”. Seorang istri jarang dipanggil dengan nama aslinya oleh orang sekitar. Tidak masalah jika mereka senang dipanggil dengan nama suaminya, namun tidak sedikit juga yang kemudian mempertanyakan identitas dirinya dikaitkan terkait dengan status marital.

Editor: Rifki Elindawati

Aisyah Muthmainah
Perempuan yang pendiam ini merasa cerewet kalau di dunianya sendiri. Baru-baru ini sedang bertempur di bangku kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, jurusan yang sangat diminatinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *