Factory outlet merupakan toko yang dimiliki produsen untuk menjual barang-barang yang cacat produksi, pesanan dibatalkan, distribusi diberhentikan, dan kadang-kadang sudah tidak musim dari barang kualitas pertama. Factory outlet merupakan taktik yang digunakan oleh pabrik untuk menjual barang-barang chat mereka kepada konsumen tanpa perantara dan ritel.
Mendirikan Factory Outlet
Factory outlet menjual berbagai barang. Contohnya, peralatan rumah, mainan, kosmetik, buku, peralatan elektronik, CD, dan produk produk lainnya. Factory outlet memungkinkan para pengecer untuk menjual kelebihan stok mereka kepada masyarakat melalui toko bermerek. Pendirian Factory outlet tidak semata-mata dapat didirikan dengan mudah. Factory outlet harus memenuhi prosedur yang ada, salah satunya yaitu memiliki surat surat perjanjian seperti HO sebagai izin tempat usaha atau kegiatan pribadi atau berbadan hukum yang berpotensi menimbulkan masalah masyarakat dan mengancam kelestarian lingkungan hidup.
IPPT sebagai surat izin peruntukan penggunaan lahan jika lokasi usaha seluas 5000 m2 atau lebih, IMB bangunan usaha atau IMB pengalihan peruntukan bangunan tempat tinggal menjadi toko, dan SITU atau surat izin tempat usaha conditional jika diperlukan karena biasanya HO saja sudah cukup. Factory outlet berdiri karena factor-faktor seperti quality obsession, shifting ke bawah, dan blame trap.
Mengenal Quality Obsession
Quality obsession merupakan obsesi organisasi atau perusahaan terhadap kualitas produknya untuk memenuhi atau melebihi target kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Serta merupakan sikap tidak pernah puas terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan.
Quality obsession dapat memberikan dampak buruk karena dengan rasa tidak puas yang berlebihan, perusahaan akan terus-menerus melakukan penyempurnaan yang dapat mengurangi biaya produksi sehingga menurunkan laba atau pendapatan perusahaan. Dengan Quality obsession kinerja manajerial perusahaan akan meningkat sehingga berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan karena kualitas yang dihasilkan selalu meningkat.
Perbaikan dalam quality obsession dapat juga terjadi karena perkembangan informasi kebutuhan pelanggan dan selera pelanggan yang terus-menerus mengalami revolusi. Dengan quality obsession yang sewajarnya, kinerja di dalam perusahaan akan semakin baik dan meningkat sehingga dapat berujung pada peningkatan laba atau pendapatan perusahaan karena pengaruh positif yang diberikan kepada konsumen.
Shifting ke Bawah Dapat Mempengaruhi Keberadaan Factory outlet
Era disrupsi merupakan era di mana perusahaan membutuhkan sebuah inovasi dan perubahan agar dapat mengembangkan atau mempertahankan perusahaannya. Shifting ke bawah merupakan salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk bertahan di era disrupsi. Pada era ini, perusahaan dapat menjual produknya dengan harga yang lebih rendah untuk menyasar konsumen menengah ke bawah.
Dengan harga produk yang lebih rendah, konsumen akan merasa mampu untuk membayar sehingga produk-produk dalam perusahaan tersebut dapat menyasar banyak konsumen. Dengan harga yang rendah permintaan akan naik dan memicu peningkatan pendapatan pula.
Baca juga: Disruptive Innovation dalam Dunia Bisnis, Apakah Berbahaya?
Contoh shifting ke bawah yaitu sebuah perusahaan yang memproduksi baju dengan warna mencolok tidak sesuai dengan tren zaman sekarang yang lebih memilih untuk menggunakan baju dengan warna yang lebih kalem. Perusahaan tersebut akhirnya menjual produk dengan harga yang lebih rendah sehingga para konsumen berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba dengan membeli produk tersebut. Perusahaan akhirnya mendapatkan peningkatan pada pendapatan mereka dari dari pendapatan biasanya.
Apa Itu Blame Trap?
Blame trap merupakan kondisi di mana penjualan tiba-tiba menurun sehingga pengusaha harus mencari asal muasal penyebab penurunan penjualan tersebut. Biasanya pengusaha akan beralasan bahwa daya beli masyarakat mulai menurun yang menyebabkan penurunan pada penjualan mereka. padahal tidak semua penurunan penjualan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat namun dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain.
Pengusaha mencari cara sederhana untuk menyalahkan penurunan penjualan mereka dengan menyimpulkan bahwa penurunan penjualan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Hal inilah yang dinamakan blame trap.
Leave a Reply