Jejak karbon mungkin masih terbilang asing bagi telinga orang awam. Namun, dampaknya bisa memperbesar akibat terjadinya bencana alam, cuaca ekstrem, dan terganggunya beberapa sektor seperti pendidikan, kesehatan bahkan ekonomi. Ketahuilah tanpa sadar kitalah penyumbang kerusakan itu. Sedikit demi sedikit kita menabung jejak karbon yang dimana hasilnya sudah mulai kita rasakan hari ini dan juga bahkan dapat berdampak lebih besar di masa depan oleh anak cucu kita.
Jejak Karbon vs Gaya Hidup Kekinian
Era teknologi tentunya mempermudah kehidupan manusia. Kita dapat mengambil sampel dalam bidang teknologi contohnya. Dengan adanya sosial media, manusia mampu mengambil manfaat sebagai alat komunikasi, hiburan, dan pekerjaan. Menurut dataindonesia.id terhitung pengguna media sosial aktif adalah 167 juta pada Januari 2023. Tak heran media sosial mempengaruhi gaya hidup penggunanya. Dalam hal ini kecanduan gawai, overshopping, dan mukbang.
Kecanduan gawai membuat penggunanya betah menghabiskan waktu berjam-jam di sosial media untuk sekadar scrolling, streaming atau apapun. Gawai menyumbang jejak karbon dimulai dari proses produksi hingga pemakaian. Produksi dan pemakaian yang memerlukan listrik. Melansir dari cnbcindonesia.com, sektor energi merupakan penghasil emisi karbon terbesar di dunia dengan presentase 36.44%. Memakai gawai secara berlebihan artinya kita menghasilkan lebih banyak jejak karbon.
Berbelanja menjadi hal yang umum dilakukan karena pengaruh media sosial. Sekilas tidak ada yang salah dengan kegiatan ini. Masalah muncul jika peristiwa berbelanja berlebihan terus-menerus menjadi gaya hidup manusia masa kini. Tergiur dengan harga murah, ikut trend, biar viral, dan alasan visual (lelucon). Membuat orang tidak berpikir panjang untuk membelinya tanpa mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan. Akhirnya, barang tersebut hanya dijadikan sebagai penangkal nafsu belanja atas keinginan sesaat dan berakhir dianggurkan. Padahal kita semua tahu untuk pengemasan barang-barang pembelian memerlukan plastik. Dimana hal ini tentunya memiliki dampak buruk yang cukup signifikan terhadap upaya memanimalisir penggunaan plastik. Melihat data yang dilansir oleh aliansi “Zero Waste Indonesia”, dimana proses produksi plastik menghasilkan 535 juta Metric Ton CO2.
Sementara mukbang berpengaruh terhadap kebiasaan makan dan dapat mengarah pada pembuangan makanan. Pengguna medsos mungkin hanya mencoba tren dan tidak berhasil menyelesaikannya karena banyak faktor. Akhirnya makanan terbuang sia-sia. Padahal makanan memerlukan proses yang panjang melibatkan air, gas, listrik, dan sumber daya. Selain jejak karbon yang berasal dari komponen proses pembuatan. Food Waste juga menghasilkan gas rumah kaca yaitu metana saat proses pembusukan.
Baca juga: Bikin Peluangmu Sendiri, Bukan Cuman ‘Scroll-Scroll’ Aja
Gaya Hidup Kekinian vs Kesehatan
Gaya hidup kekinian yang terpengaruh oleh media sosial juga merugikan bagi kesehatan. Sebagai investasi terpenting, kesehatan dapat menurun kualitasnya karena gaya hidup yang seperti ini. Kecanduan gadget memungkinkan kesehatan mata terganggu karena paparan sinar dari layarnya. Selain itu timbul istilah mager (malas gerak) yang dapat berujung pada kurangnya peroleh vitamin dan penumpukan lemak. Mukbang juga mengarah pada obesitas, dimana manusia makan diluar kapasitasnya yang ujung-ujungnya pencernaan menjadi bermasalah.
Dari segi kesehatan mental, gaya hidup diatas dapat mengakibatkan kesehatan mental terganggu. Perasaan insecure, depresi, gangguan kecemasan hingga gangguan makan timbul akibat gaya hidup yang terlalu menuruti media sosial. Kecanduan gadget memungkinkan penggunanya banyak melihat konten yang tidak dapat ia ikuti. Oleh karena keterbatasan itulah muncul perasaan insecure.
Diet Karbon Adalah Solusi
Mengurangi emisi karbon cukup mudah. Selain berdampak pada bumi, diet karbon membantu merawat diri. Lalu bagaimana gaya hidup yang multifungsi ini dipraktekkan?. Pertama, gunakan gadget dan listrik seperlunya. Gadget adalah alat yang mempermudah hidup manusia, gunakan dengan bijak dengan mematikannya saat tidur. Kedua, beli barang sesuai kebutuhan bukan karena keinginan sementara. Dengan begitu, hunian akan lebih luas karena minimnya barang yang tidak terpakai serta efektivitas hunian juga terjaga.
Perhatikan piringmu! praktek ketiga dengan makanlah makanan yang bergizi bukan berisi. Mencukupkan makan agar tidak berlebihan, membantu pencernaanmu lebih sehat. Gantilah mukbangmu dengan mukbang sehat dengan memperhatikan macro dan micronutrient. Salah satunya makanlah buah sebagai pengganti cemilanmu. Konsumsi-lah banyak jenis buah berdasarkan vitaminnya dalam tiga kali makan.
Keempat, Ayo bergerak lebih aktif! setidaknya sehari sisihkan waktu satu jam untuk olahraga. Ganti kebiasaan bermotor menjadi bersepeda atau berjalan dalam satu jam. Gaya hidup aktif bagus untuk berat badan seimbang dan pengurangan jejak karbon lewat BBM. Nikmati setiap tubuh yang bergerak tanpa bantuan kendaraan bermotor.
Diet karbon juga mengandung makna ekologis dengan menghargai tempat tinggal satu-satunya ini. Selain itu, kita belajar merasakan apa yang tubuh butuhkan bukan inginkan. Jadi, tunggu apalagi? siapkan diri untuk mencintai bumi dan diri sendiri.
CATATAN: Karya ini termasuk dalam 10 terbaik dari Lomba Menulis Artikel Populer Narasi Nara Tahun 2023
(Editor: Moh Andy Iqbal)
Leave a Reply