Budaya Konsumtif Menginvasi Generasi Muda lewat Tiktok

Di era globalisasi saat ini, teknologi semakin berkembang pesat. Banyak aplikasi-aplikasi baru yang bermunculan mulai dari game, online shop, social media, dan masih banyak lagi. Salah satu aplikasi yang sedang hype saat ini adalah tiktok. Siapa sih yang belum tau aplikasi tiktok? Aplikasi yang kini menjadi favorit masyarakat yang rasa rasanya kurang pas jika belum mengunduh tiktok di setiap smarthphone yang kita miliki.

Menurut laporan dari BUssines of Apps, pada kuartal ll 2022, tiktok sudah memiliki 1,46 miliar pengguna aktif bulanan (monthly active users) di seluruh dunia. Hal tersebut tentunya tidak menjadi sesuatu yang mengherankan apalagi di masa pandemi, aplikasi tiktok dianggap dapat menjadi hiburan masyarakat yang merasa jenuh karena harus diam di rumah saja. Pada awal mulanya tiktok hanya sebatas hiburan bagi masyarakat. Video yang diunggah pun hanya berisi video untuk hiburan saja, namun saat ini tiktok dimanfaatkan untuk berbagai macam hal. Seperti sebagai media promosi atau media untuk berjualan dan media penyampaian informasi.

Faktor Budaya Konsumtif

Fyp atau for your page adalah sebuah halaman di tiktok yang berisi rekomendasi video-video tiktok yang muncul saat pertama kali kita membuka aplikasi tiktok. Dalam halaman tersebut tentu berisi video dari berbagai macam negara, di mana isi dari video-video tersebut pun sangat beragam dan berisi banyak trend. Masyarakat, khususnya generasi muda, tidak mau ketinggalan trend, yang tak jarang membuat mereka terseret oleh trendtrend yang nantinya dapat berpengaruh pada gaya hidup mereka.

Tak sedikit dari mereka akan membeli barang-barang yang sedang trend tanpa memikirkan apakah mereka benar benar membutuhkan barang tersebut. Sebagian beralasan jika mereka tidak membeli barang yang sedang trend, mereka merasa tertinggal. Di lain sisi, ada yang mengatakan jika mereka membeli barang yang sedang trend semata mata hanya demi kesenangan saja tanpa berfikir apakah barang tersebut benar-benar mereka butuhkan. Perilaku di atas sangat jelas menggambarkan budaya hedonisme.

Tiktok Melahirkan Hedonisme

Hedonisme sendiri merupakan prilaku di mana gaya hidup hanya berfokus untuk mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Perilaku hedonisme yang ditimbulkan dari efek penggunaan aplikasi tiktok tentu seiringan dengan prilaku konsumtif karena orang yang memiliki sifat hedon ini lebih mementingkan kesenangan dan kepuasan daripada hal lainya mereka akan terus membeli barang barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya demi mengikuti trend atau gaya hidup semata.

Begitu banyaknya trend yang viral di tiktok dan begitu cepatnya pergantian trend akan membuat masyarakat menjadi konsumtif apalagi sebagian besar pengguna tiktok merupakan generasi muda yang mudah terpengaruh oleh suatu trend. Melalui video tiktok, tak sedikit dari mereka yang tergoda membeli barang-barang lucu atau bagus yang digunakan oleh orang yang muncul di Fyp.

Apalagi salah satu cara untuk mempromosikan jualan di tiktok adalah dengan cara menggunakan influencer untuk mempromosikan produk atau jasa yang di tawarkan atau biasa disebut dengan endorse. Bukan mereka benar benar membutuhkan barang tersebut, melainkan hanya untuk mengikuti apa yang digunakan oleh orang yang mereka gemari. Salah satu contoh dari trend tiktok adalah “racun tiktok” yang berisi rekomendasi rekomendasi barang yang menarik dimulai dari skincare, fashion, keperluan rumah tangga, makanan dan masih banyak lagi. Di mana hal ini tentu dapat membangun rasa tertarik dan ingin membeli bagi masyarakat yang menontonya.

Baca juga: Mindful Spending Untuk Kamu yang Suka Kalap

Kenyataan di atas sangat mendorong munculnya sikap konsumtif pada masyarakat terutama pada generasi muda apalagi didukung dengan fitur-fitur dari aplikasi tiktok yang semakin canggih seperti fitur tiktok shop. Yaitu fitur untuk jual beli di aplikasi tiktok yang tentu semakin memudahkan pengguna tiktok dalam menjual atau membeli barang-barang, kemudahan tersebut tentu akan semakin membuat masyarakat menjadi konsumtif.

Dampak Budaya Konsumtif

Jika budya konsumtif ini dibiarkan, maka akan menjadi gangguan. Karena masyarakat akan merasa ada yang kurang jika tidak membeli sesuatu yang sedang trend walaupun masyarakat tidak membutuhkanya. Hal ini akan menjadikan kondisi finansial masyarakat memburuk. Jika budaya konsumtif ini terjadi di kalangan orang kaya, mungkin tidak akan terlalu berdampak besar. Tetapi bagi kebanyakan orang ini akan memperburuk finansial mereka. Tentu sulit untuk memiliki tabungan. Lebih buruk lagi jika ternyata sebagian orang berhutang untuk membeli barang yang sedang trend. Ini jelas tidak sehat. Jika sudah tidak memiliki tabungan, maka akan sulit untuk merencanakan masa depan khususnya pada generasi muda.

Kesimpulan

Bukan hal buruk mengikuti trend jika masih dalam batas wajar. Artinya, tidak memaksakan diri untuk mengikuti trend tersebut yang akhirnya berdampak pada budaya konsumtif. Jika budaya konsumtif ini diteruskan maka akan terjadi hal buruk seperti yang sudah dijelaskan di atas. Maka dari itu kita harus bijak untuk mengikuti suatu trend di tiktok, kita harus tau apakah kita benar-benar membutuhkan barang yang sedang trend atau tidak.

Fajar putra Sulthoni
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *