Anak Muda Harapan Bangsa

Setiap zaman selalu memiliki ciri khas perkembangan anak mudanya. Perkembangan anak muda sangat signifikan pengaruhnya terhadap peradaban sebuah bangsa. Akhir-akhir ini, istilah strawberry generation sangat marak diperdengarkan kepada kita. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan generasi lunak pada abad ke-21 ini dikarenakan buah strawberry tampak indah dan eksotis dari luar. Tetapi begitu diberi tekanan akan lebur. Pemahaman inilah yang menggambarkan sebagian besar generasi yang bertumbuh pada era society 5.0 sekarang ini.

Dalam satu laman Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sebuah artikel yang dituliskan oleh Ratih Prihatina tercantum. Dalam hal ini memuat dalam artikelnya satu tanggapan dari Prof. Renald Kasali tentang strawberry generation. Tanggapan itu mengatakan bahwa “strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif, tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati”.

Jika dielaborasikan lebih lanjut, penggambaran kebanyakan generasi muda sekarang ini menunjukkan bahwa gagasan-gagasan kreatif banyak dihasilkan oleh anak muda. Sekaligus banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka. Tidak jarang, media sosial menjadi lahan yang subur bagi mereka untuk mengutarakan kegalauannya. Dengan sangat bebas dan tanpa kontrol, mereka membuka diri pada khalayak umum tentang kondisi yang mereka alami.

Karakter ini seharusnya meresahkan sebuah bangsa. Prediksi umum yang dapat menggambarkan kondisi ini bahwa anak muda yang lahir dengan mental lunak kemungkinan menurunkan eksistensi peradaban suatu bangsa. Padahal di sisi lain, anak muda adalah harapan sebuah bangsa di masa depan. Ibarat generasi penerus sebuah keluarga terletak pada anak. Sehingga anak harus ditolong supaya bertumbuh menjadi seorang yang berkarakter terampil, tangguh, dan visioner.

Hal yang sama juga harus diperlakukan kepada generasi muda. Bagaimana dapat mewujudkan dan mengembalikan peran anak muda sebagai pioner suatu bangsa di tengah zaman ini?. Pertanyaan ini yang harus dijawab untuk dapat meletakkan kembali fungsi keberadaan anak muda terhadap suatu bangsa.

Sebagai seorang anak muda sudah tentu mengalami proses pembentukan karakter yang dimulai dari anak-anak. Keluarga adalah instansi pertama yang berperan untuk menumbuhkan karakter yang baik kepada setiap anak. Dalam hal ini, orang tua sebagai subjek yang banyak mengambil andil untuk ikut serta dalam pembentukan karakter anak. Pengaruh terbesar dalam membentuk karakter anak terdapat pada cara orang tua mengasuh anak.

Baca juga: Peran Demokrasi Sebagai Aksi Lawan Korupsi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fikriyah Iftinan Fauzi dan Fatin Nadifa Tarigan (2023) mengatakan “keterampilan orang tua dalam mendidik anak cenderung berpotensi membentuk generasi-Z yang sering dikenal dengan generasi strawberry dengan cara memanjakan anak, kurang meluangkan waktu bersama anak, kecenderungan melabelisasi anak dengan narasi-narasi negatif, memberikan perlindungan berlebihan, cenderung memaksa atau menuntut anak.” Tidak heran jika anak bertumbuh menjadi seorang muda yang mudah menyerah dan tidak memiliki daya juang yang tinggi dalam menghadapi tekanan hidup. Sekalipun mereka mampu untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif.

Menurut American Psychological Association tujuan pola asuh orang tua adalah memastikan keselamatan dan kesehatan anak, mempersiapkan anak untuk menjalani masa yang akan datang, agar kelak dapat menjadi seorang yang produktif dan mewariskan nilai-nilai kultur dan budaya yang telah terjadi secara turun temurun. Jika orang tua menerapkan pola asuh yang tepat guna untuk membentuk karakter baik dalam diri anak, maka dapat dipastikan anak akan bertumbuh menjadi seorang muda yang siap menjadi harapan bangsa.

Anak muda sebagai harapan bangsa bukanlah suatu omongan tanpa dasar. Bahkan generasi strawberry ini pun memiliki fungsi yang sama sebagai harapan bangsa. Alasan yang mendasari pernyataan tersebut adalah bahwa generasi muda selalu memiliki idealisme yang unik. Mereka mampu untuk mengekspresikan pikiran imajinatifnya menjadi tindakan yang ekspresif. Di era sekarang ini pun, generasi muda semakin menunjukkan bahwa generasinya merupakan kunci dari perubahan di masa mendatang. Mereka mampu menghasilkan inovasi yang berakhir pada dampak besar bagi peradaban suatu bangsa. Dalam hal ini, generasi muda perlu berkolaborasi dengan generasi tua. Artinya, anak muda dalam mengembangkan potensi mereka yang kreatif perlu belajar kepada generasi tua yang telah memiliki pengalaman dalam menghadapi tantangan di zamannya. Letak kolaborasi ini menjadi sebuah harapan yang kemudian membantu generasi muda dapat memandang hal sulit bukanlah sebuah masalah. Tetapi sebagai suatu peluang untuk menemukan hal baru yang unik dan menarik.

Kontribusi seperti inilah yang diharapkan mampu diberikan oleh generasi tua kepada generasi muda, agar tetap eksis sebagai pelopor suatu bangsa. Segala ide yang mampu memberikan manfaat bagi bangsa dapat diwujudkan bersama dan menjadi warisan bagi generasi muda selanjutnya. Pada akhirnya, semua hal tersebut dilakukan demi membangun sebuah peradaban bangsa dengan mampu untuk menjawab tantangan perubahan zaman. Dalam hal ini pun, banyak pihak yang mengharapkan bahwa generasi muda mampu untuk melewati batasan ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk ekspresi yang berbeda-beda bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, anak muda sebagai harapan bangsa tidak serta merta berdiri sendiri. Melainkan membutuhkan dukungan dari semua pihak yang menolong mereka untuk mewujudkan harapan bangsa menjadi lebih baik.

CATATAN: Karya ini termasuk dalam 10 terbaik dari Lomba Menulis Artikel Populer Narasi Nara Tahun 2023

(Editor: Moh Andy Iqbal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *